Tuesday, December 22, 2015

Ngomong-Ngomong Soal Simulasi Teknik Persidangan Hari Ini :D



Seharian tadi saya dan Indra melatih adik-adik di lembaga untuk teknik persidangan. Nah, namanya teknik persidangan rasanya tidak afdol kalau tidak simulasi. Dan simuasinya ini, seru seru seruuu sekali :D Saya juga senang kami disebut MOT dalam hal ini. Kurang lebih begitu lah. Well, lebih banyak kurangnya sih hahaha. But at least, Alhamdulillah simulasi berjalan efektif dan ‘menyenangkan’. Kadang-kadang kami memberikan contoh ekstrim, biar adik-adik ini pada ‘ngeh’. Indra sampai gelesotan di lantai demi menguji cara marah pimpinan sidangnya, demi mendapatkan protes dari peserta sidangnya. Saya juga sampai menyalah-nyalahkan alur, provokasi peserta sidang biar mau bicara dengan memberikan pesan sponsor dibelakang punggung mereka: ‘nanti-pas-membahas pasal tujuh bilang aja tidak sepakat trus rasionalisasinya begini, terus minta ganti redaksionalnya begitu, okeh?’, sampai memberikan opsi yang tak masuk akal. Biar pada mau ngomong dan protes gitu.
 
“Pimpinan sidang, saya rasa tidak usah ditawarkan lagi mekanisme pembahasan tata tertib. Pembahasan itu ditiadakan saja, pimpinan sidang. Menghabiskan-habiskan waktu saja.” kata saya. Opsi yang tidak masuk akal kan? Yang namanya sidang, pembahasan dan pengesahan tata tertib gimanapun tetap wajib.

“Saya rasa, opsi dari Kak Pea tidak usah dihiraukan karena kita sudah sepakat untuk membahas tata tertib sebelumnya”

“Loh, walaupun opsi saya gak masuk akal, kan tetap opsi. Harus ditawarkan dong. Kalau gitu saya mau mengajukan PK deh, boleh gak?”

“Kalau opsinya cuma untuk main-main saja, saya rasa tidak perlu. Silahkan fokus kembali pada opsi sebelumnya, pimpinan sidang”

Saya tersenyum sambil mengacungkan jempol. Mungkin si adek bingung, ini kakak diprotes kok ngasih jempol. Yah udah bagus kali dek. Daripada dikasih hati dek. Nanti minta jantung. Kan susah *eh.

Ini hanya salah satu contoh ringannya saja. Kalau untuk contoh yang lebih parah, baik itu bahasanya atau tingkat kebingungannya, sebaiknya tidak usah saya paparkan disini. Takut banyak yang terkontaminasi nanti :3

Trus banyak lagi. Sampai akhirnya peserta sidangnya sampai teriak-teriak, ada yang minta peserta sidang lain dikeluarkan, ada juga yang disuruh disuruh minta maaf, ada yang udah berdiri sambil nunjuk-nunjuk pimpinan sidang. Banyak juga yang membuat ketawa karena ada yang salah baca opsi, salah cara interupsi, ngomong terbata-bata. Namanya juga anak baru. Walau akhirnya hal-hal semacam itu cepat-cepat kami luruskan lagi, biar gak salah paham. Biar gak ada yang boleh menganggap aturan sidang itu seperti aturan hutan.  Tapi tetap aja Puji selaku ketuanya sampai khawatir dan bilang, “Udahlah, ngapain diperparah lagi, kan cuma simulasi. Ngapain juga hal detail kayak gitu terlalu dibahas?”

“Ji, di sidang yang sebenarnya bahkan orang bisa lebih gak beradab. Simulasi di tempat lain bahkan sampai lempar kursi dan pura-pura mediasi, pura-pura lobi, biar juniornya pada ngerti”

Well, kalau sidangnya berjalan lurus-lurus saja, semuanya sepakat-sepakat saja, tidak ada ‘bumbu-bumbu pedas’, mana ada yang ngerti. Bisa gagal simulasinya malah.

Terlepas dari mulai cara bicara yang sangat beradab dan terstruktur sampai dengan ada yang teriak-teriak kayak di hutan, namun simulasi tadi sungguh menyenangkan. Closing statement dari Indra juga bagus, bagaimana cara memaknai sidang, bagimana cara menghormati dan memperlakukan sebuah sidang.

“Sekali saja kali kita menertawakan, memperolok-olok, membuat sidang seolah seperti lelucon, maka sampai seterusnya orang luar juga akan memandang kita sebagi lelucon”

“Hati-hati dengan apa yang kita ucap, hati-hati dengan pilihan kata, hati-hati dengan nada bicara. Jangan gara-gara hal sepele kita jadi disepelekan orang” (kalau ini aku yang ngomong hahaha :D)

Udah deh itu dulu. Sebenarnya tadi mau cerita yang lain. Kalau yang ini niatnya cuma jadi pengantar aja, eh malah keterusan jadi satu cerita panjang. Gapapa juga sih. Udah lama gak sharing pengalaman praktis lapangan. Udah dulu yaa. Dadaaaah. Chao :D

No comments:

Post a Comment