Seharian tadi saya dan Indra melatih
adik-adik di lembaga untuk teknik persidangan. Nah, namanya teknik persidangan
rasanya tidak afdol kalau tidak simulasi. Dan simuasinya ini, seru seru seruuu sekali
:D Saya juga senang kami disebut MOT dalam hal ini. Kurang lebih begitu lah. Well,
lebih banyak kurangnya sih hahaha. But at least, Alhamdulillah simulasi
berjalan efektif dan ‘menyenangkan’. Kadang-kadang kami memberikan contoh
ekstrim, biar adik-adik ini pada ‘ngeh’. Indra sampai gelesotan di lantai demi
menguji cara marah pimpinan sidangnya, demi mendapatkan protes dari peserta
sidangnya. Saya juga sampai menyalah-nyalahkan alur, provokasi peserta sidang
biar mau bicara dengan memberikan pesan sponsor dibelakang punggung mereka: ‘nanti-pas-membahas pasal tujuh bilang aja
tidak sepakat trus rasionalisasinya begini, terus minta ganti redaksionalnya begitu,
okeh?’, sampai memberikan opsi yang tak masuk akal. Biar pada mau ngomong
dan protes gitu.
“Pimpinan sidang, saya rasa tidak
usah ditawarkan lagi mekanisme pembahasan tata tertib. Pembahasan itu ditiadakan
saja, pimpinan sidang. Menghabiskan-habiskan waktu saja.” kata saya. Opsi yang
tidak masuk akal kan? Yang namanya sidang, pembahasan dan pengesahan tata
tertib gimanapun tetap wajib.
“Saya rasa, opsi dari Kak Pea
tidak usah dihiraukan karena kita sudah sepakat untuk membahas tata tertib
sebelumnya”
“Loh, walaupun opsi saya gak
masuk akal, kan tetap opsi. Harus ditawarkan dong. Kalau gitu saya mau mengajukan
PK deh, boleh gak?”
“Kalau opsinya cuma untuk
main-main saja, saya rasa tidak perlu. Silahkan fokus kembali pada opsi
sebelumnya, pimpinan sidang”
Saya tersenyum sambil
mengacungkan jempol. Mungkin si adek bingung, ini kakak diprotes kok ngasih
jempol. Yah udah bagus kali dek. Daripada dikasih hati dek. Nanti minta jantung.
Kan susah *eh.
Ini hanya salah satu contoh ringannya saja. Kalau untuk contoh yang lebih parah, baik itu bahasanya atau tingkat kebingungannya, sebaiknya tidak usah saya paparkan disini. Takut banyak yang terkontaminasi nanti :3
Ini hanya salah satu contoh ringannya saja. Kalau untuk contoh yang lebih parah, baik itu bahasanya atau tingkat kebingungannya, sebaiknya tidak usah saya paparkan disini. Takut banyak yang terkontaminasi nanti :3
Trus banyak lagi. Sampai akhirnya
peserta sidangnya sampai teriak-teriak, ada yang minta peserta sidang lain dikeluarkan,
ada juga yang disuruh disuruh minta maaf, ada yang udah berdiri sambil
nunjuk-nunjuk pimpinan sidang. Banyak juga yang membuat ketawa karena ada yang
salah baca opsi, salah cara interupsi, ngomong terbata-bata. Namanya juga anak
baru. Walau akhirnya hal-hal semacam itu cepat-cepat kami luruskan lagi, biar
gak salah paham. Biar gak ada yang boleh menganggap aturan sidang itu seperti
aturan hutan. Tapi tetap aja Puji selaku
ketuanya sampai khawatir dan bilang, “Udahlah, ngapain diperparah lagi, kan cuma
simulasi. Ngapain juga hal detail kayak gitu terlalu dibahas?”
“Ji, di sidang yang sebenarnya
bahkan orang bisa lebih gak beradab. Simulasi di tempat lain bahkan sampai
lempar kursi dan pura-pura mediasi, pura-pura lobi, biar juniornya pada ngerti”
Well, kalau sidangnya berjalan
lurus-lurus saja, semuanya sepakat-sepakat
saja, tidak ada ‘bumbu-bumbu pedas’, mana ada yang ngerti. Bisa gagal
simulasinya malah.
Terlepas dari mulai cara bicara
yang sangat beradab dan terstruktur sampai dengan ada yang teriak-teriak kayak
di hutan, namun simulasi tadi sungguh menyenangkan. Closing statement dari
Indra juga bagus, bagaimana cara memaknai sidang, bagimana cara menghormati dan
memperlakukan sebuah sidang.
“Sekali saja kali kita menertawakan,
memperolok-olok, membuat sidang seolah seperti lelucon, maka sampai seterusnya
orang luar juga akan memandang kita sebagi lelucon”
“Hati-hati dengan apa yang kita
ucap, hati-hati dengan pilihan kata, hati-hati dengan nada bicara. Jangan
gara-gara hal sepele kita jadi disepelekan orang” (kalau ini aku yang ngomong
hahaha :D)
Udah deh itu dulu. Sebenarnya tadi
mau cerita yang lain. Kalau yang ini niatnya cuma jadi pengantar aja, eh malah
keterusan jadi satu cerita panjang. Gapapa juga sih. Udah lama gak sharing
pengalaman praktis lapangan. Udah dulu yaa. Dadaaaah. Chao :D
No comments:
Post a Comment