Saya
rasanya sudah tidak sebal lagi karena tidak bisa foto-foto dengan ‘adikmu’
tahun ini. Malah bersyukur. Kalau
tahun lalu kita tidak foto-foto, kenapa tahun sekarang malah harus? Rasanya
tidak adil untukmu. Lagipula tahun ini saya banyak di stand luar saja. Ditanya-tanya,
diteror, dimarah-marah sama entah siapa, “Ini listrik gimana nih?” katanya.
Rasa-rasanya pengen jawab, “Mas, saya gak punya listrik. Saya cuma punya nasi
bungkus. Mau?” Untungnya saya tidak jawab seperti itu. Yah tidak masalah, saya
juga tidak marah dibegitukan. Bagi saya itu hal itu sudah lewat begitu saja. Tidak
sama dengan kamu tahun lalu, setiap
omongan orang jadi pukulan dan pelajaran. Jadi yah untuk apa? Untuk apa
foto-foto dengan adikmu kalau berfoto denganmu saja tidak ada. Saya kan rindunya
sama kamu. Mungkin bagimu tidak masalah, “Yaelah foto aja kali. Namanya juga momen
happy-happy. Adik gue memang harus lebih keren dibandingin gue. Walaupun
ketuanya gak ngebolehin gitu sih”
Yah
mau gimana. Yang lebih keren memang adikmu. Tapi yang bikin jatuh cintanya itu
kan kamu. Eaaa.
“Makanya Mbak. Minimal punya smartphone gitu. Biar bisa
selfie-selfie sama nasi bungkus. Atau sama orang-orang yang minta listrik.
Siapa tau jodoh”
Terima
kasih Oktober tahun lalu. Kamu bukan hanya sekedar 'ada'. Kamu tetap yang
paling membanggakan saya, yang paling membikin jatuh cinta hati saya. Ayo
sama-sama kita putar lagi lagu daylight
atau all of me pukul setengah tujuh
pagi saat saya sedang menuruni tangga di podium penonton. Selamat menjadi
kenangan!
Salam
Dari
yang berlalu-lalang.
*Lagi
gila bikin LPJ. Mangat!
No comments:
Post a Comment