Man, gue lagi menggebu-gebu dan berapi-api. Gue harus menyelesaikan panjat tebing gue. Sesegera mungkin, apapun yang terjadi. Gue merasa kecantikan gue merosot tajam
sejak gue gagal melakukan panjat tebing sampai puncak batu paling atas. Gue sebal banget
sampai gemasnya kagak ketulungan.
Wednesday, October 29, 2014
Mungkin Kira-Kira Begini...
Sejak beberapa bulan yang lalu, saya menyadari satu hal. Saya tidak terbiasa lagi menghindari perasaan-perasaan tidak enak,
berpura-pura bahwa perasaan tersebut tidak ada, berpura-pura bahwa saya tidak merasakannya. Dengan kemudian membawanya tidur lantas berharap saat bangun perasaan-perasaan buruk tersebut sudah terlupakan. Ternyata tidak efektif sama sekali. Semakin saya dewasa, sikap seperti ini sudah tidak relevan lagi. Ada gemuruh yang membikin nyeri di dalam dada ketika saya tahu saya merasakannya, tapi saya tidak mau ambil pusing tentang apa yang akan saya perbuat dengan perasaan-perasaan tersebut—selain lari sejauh-jauhnya. Kenyataan bahwa
saya tidak mampu mengatasinya dengan cepat kemudian menghindar (dan selalu disadari terakhir), membuat saya jadi kesal luar biasa pada diri sendiri. Saya sendiri bingung karena di luar sana ada begitu banyak orang yang melakukan hal yang sama seperti saya. Melupakan perasaan buruk/negatifnya hanya dengan tidak mau memikirkannya. Tapi saya sudah terlalu sering melakukannya sehingga akhirnya saya menyadari, saya tidak bisa terbiasa lagi berhutang perasaan pada diri sendiri dengan berpura-pura menganggapnya tak ada.
Saturday, October 25, 2014
jangankan untuk merasakan euforia
jangankan untuk merasakan euforia,
untuk merasakan capek, marah, ingin nangis, atau sakit (secara fisik)
sekalipun, saya merasa tak pantas. rasanya ada yang lebih pantas untuk itu,
tapi mereka tidak melakukannya. atau tidak menunjukkannya.
Thursday, October 23, 2014
need to be needed
Ternyata
penting sekali merasa berguna. Beberapa waktu yang lalu untuk hal yang bagi
saya penting, saya merasa sudah banyak mengorbankan hal penting lainnya,
mengerjakan pekerjaan di luar kebiasaan, mencoba memberikan semua waktu, pikiran,
dan tenaga yang saya mampu. Tapi melihat
orang lain ternyata mengorbankan berkali-kali lipat jauh lebih besar dari pada
yang saya berikan, mengerjakan pekerjaan yang jauh lebih berat daripada yang
saya kerjakan, tiba-tiba saya merasa apa yang sudah saya berikan menjadi tidak ada apa-apanya. Saya awalnya tidak mau
berkecil hati, karena ini bisa menjadi motivasi bagi saya untuk bisa lebih baik
lagi daripada mereka, bisa total, bisa optimal, bisa all out semuanya. Tidak usahlah lebih baik, paling tidak samalah
kita. Tapi mengetahui setelah untuk apa yang bisa saya berikan, ternyata saya hanya dianggap tak lebih dari sekadar—orang—yang—berlalu—lalang, saya
bukan hanya merasa percuma, bukan hanya merasa apa yang saya kerjakan tidak ada
apa-apanya, tapi malah merasa tidak berguna.
Dua Sisi
Saya
tahu persis keadaan ini untuk tidak dimaklumi oleh ke dua sisi. Katakanlah dua
sisi yang harus saya hadapi tersebut adalah sisi A dan sisi B. Sisi A tidak bisa mengerti tentang betapa pentingnya
saya untuk berada di sisi B. Di sisi satunya lagi (B) tidak bisa mengerti betapa ‘harusnya’ saya
untuk di sisi A. Ke dua sisi ini sama pentingnya, dengan jenis tujuan yang
berbeda, tapi sayangnya dalam waktu yang sama. Kadang keadaan sudah menggiring
kita pada keadaan-keadaan yang di luar kendali diri kita sendiri. Tentu saja
masing-masing sisi tidak akan mengerti sisi lainnya. Saya lah yang mengerti
karena saya yang menjalani dua-duanya. Kali ini saya tidak minta pengertian
dari siapapun. Saya hanya ingin meminta maaf. Sebesar-besarnya.
NB:
Sisi yang saya maksud bukanlah seseorang, tapi keadaan.
Monday, October 13, 2014
Selamat Musim Hujan!
selamat musim hujan
bagimu
andaikata siklus musim
dan iklim tidak terganggu
barangkali semua
orang bisa menghitung
sudah berapa musim
hujan dirimu
tapi dengan musim hujan
dan panas yang tak menentu
bisa saja
musim hujan terjadi
empat kali dalam setahun
lantas mana mungkin
musim hujan menyebalkanmu itu jadi batasan waktu?
tapi tetap selamat
musim hujan bagimu
sekalipun hujan
pertama justru turun di hari musim panasku
tetap selamat musim
hujan bagimu
tidak perlu untuk
kita
aku tidak suka
hujan
aku mencintai petir
yang
mematikan
salam,
anak musim panas
Random Post-Sehubungan Resolusi Yang Gak Jadi
Well. Ringkas aja.
Selalu kayak gini. Banyak
banget yang pengen gue tulis dan gue publis di blog. Cuma semuanya pada numpuk
jadi draft aja, udah keburu basi sebelum di posting. Entah karena urusan yang
lebih prioritas atau malah untuk urusan yang gak lebih penting… kayak ngurus
KRS misalnya? Hahaha :V
Labels:
bazaar,
BEM UR,
curhat,
kangen,
KRS,
little thing,
Padang,
portal,
random,
sosial,
ulang tahun,
wake up!,
wish
Posted by
Journal Pea
at
7:57 AM
3 comments:
Subscribe to:
Posts (Atom)