“Nan paralu bana hati-hati tu di
jalan nan luruih, ndak di tikungan doh. Kalau di tikungan tu urang ka jaleh juo
ado pangana supayo hati hati-hati. Kalau di jalan luruih lah babahayo sajo awak
ndak tau, awak lah terlanjur ndak hati-hati doh”
Translatenya:
“Yang paling perlu untuk hati-hati
itu justru di jalan yang lurus, bukan di tikungan. Kalau di tikungan udah jelas
juga orang kepikiran buat hati-hati. Tapi kalau di jalan yang lurus, sudah
berbahaya saja kita tidak sadar, kita sudah terlanjur tidak hati-hati”
Ini ungkapan yang tidak sengaja
terdengar dari abang tukang martabak di Martabak Ratulangi depan Ratulangi
Photo Studio, saat saya sedang menunggui Martabak Coklat Keju pesanan saya (˘ڡ˘). Saya
tidak bisa menahan senyum hampir ketawa mendengar quotes yang tercetus begitu
saja saat dia sedang bicara dengan teman kerjanya.
Ungkapan ini punya banyak makna dan
multi-tafsir. Apalagi kosakata bahasa daerah memang lebih ‘ekspresif’ ketimbang
bahasa Indonesia, sehingga makna yang terkandung dalam bahasa daerah terdengar
lebih dalam jika diungkapkan dalam bahasa itu sendiri.
Kalau saya bisa saja menafsirkan seperti
ini: Hati-hati kalau sudah punya pasangan, dijaga hubungannya, jangan merasa
sudah aman saja dan merasa lalai untuk bersikap hati-hati (jalan yang lurus). Kalau
mau menikung sih orang udah pasti hati-hati, nah kalau orang yang di ‘jalan
lurus’ tadi gak siap dan gak hati-hati, malah bisa dia yang celaka.
Yeah. Yang bikin tafsiran kebetulan
juga jomblo. Jadi harap dimaklumi -___-
Atau tafsiran lain: kadang kita sudah
merasa pada comfort zone alias zona nyaman seperti jalan yang lurus tadi. Lupa kadang-kadang
butuh persimpangan untuk ‘berubah’. Nah tikungan bukan selalu berarti buruk. Orang
yang berada di tikungan atau persimpangan akan lebih hati-hati dalam bertindak
dan mengambil keputusan ketimbang orang yang sudah merasa nyaman di jalan yang
lurus itu. Lurus-lurus terus tau-tau jalan yang diikuti ternyata udah salah
sampai sejauh itu.
Kayaknya ini tafsiran yang mungkin
agak benar sikit :3
Kesimpulan: Jangan lupa untuk hati-hati
di jalan yang lurus. Karena jalan yang lurus punya bahaya tersendiri. Bahaya
yang sering diabaikan saking lurusnya jalan yang ditempuh.
NB: Kalau ada yang mau coba, ini
salah satu martabak yang paling enak yang pernah saya coba. Namanya Martabak Bandung
Ratulangi, orang-orang biasa nyebutnya dengan ‘Martabak Ratulangi’ aja. Lokasi
di jalan Ratulangi tepat di depan Ratulangi Photo Studio, berseberangan dengan Toko
Buku Sari Angrek :3
Sadap banar inieh :D
ReplyDeletesaat jalan lurus udah ngerasa aman banget padahal sapa tau ada yg tiba2 nyebrang hehehhehhe
salam kenal, mampir yaaa ke Blog Ca Ya
iyaa lurus-lurus tau-tau ada polisi razia :D
Deletesalam kenal juga :D