Friday, July 15, 2016

Tentang Puisi 'Tuan dan Kematian'

Sedikit saja. 

Pertama, saya meragukan ini puisi atau bukan. Dalam artian, saya sendiri masih ragu menamai sebuah tulisan dengan label 'puisi'. Saya tidak tahu persis seperti apa pusi, mau bagaiamanapun semua orang, semua guru, dan semua buku menjelaskan pengertian pusi pada saya. Saya seolah seperti punya definisi lain mengenai puisi. Seperti ada yang mengendap, ada yang mengalir, ada yang 'punya nyawa', begitu abstrak dalam kepala dan hati saya, dan saya tak bisa terjemahkan dalam bahasa verbal biasa. Sekalipun saya sering sekali menuliskannya.

Mungkin ini bukan puisi. Hanya tulisan yang menyerupai puisi.

Kedua. Ini sebenarnya adalah sebuah cerpen. Namun, seperti yang sudah-sudah. kadang cerpen atau tulisan lain punya 'nyawa dan otak sendiri'. Penulis memaksudkan akan memulai dari pembukaan A, kemudian alur atau plot B, lalu settingan C, gaya bahasa dan pembawaan D, dan penutup E. tapi dalam menulis bisa saja tiba-tiba si tokoh bergerak di luar kerangka pikiran penulisnya. Awalnya si tokoh mau disuruh tidur, eh dia malah kelayapan tengah malam. Penulisnya pengen dia tidur, si tokoh mah bodo amat tetap keluar malam, gak ijin, dan penulis pasrah gak bisa apa-apa. Penulis pengen pembawaan tulisan ceria, lalu tiba-tiba di ujung jari muncul begitu saja kata-kata melodrama. Penulisnya udah pasrah tidak bisa menghindarinya.

Dan kali ini yang agak lebih ektrim. Ini tidak hanya mengubah tokoh, menghilangkan plot dan adegan, menciptakan settingan dan menghapusnya.. meng... ah sudahlah lupakan cerpennnya. Lama-kelamaan saya menulis ini cerpen kok bawaannya jadi prosa? Makin ditekuni nulisnya, makin bukan cerpen lagi bawaannya. Gak ada lagi paragraf, dialog, or whatever they are. Diawali semacam penyampaian isi pikiran dan prinsip si tokoh yang seenak udel tadi, dan akhirnya tak terhindarkan, kata-kata 'meyerupai puisi' tersebut.

Dan penulisnya gak bisa berbuat apa-apa kecuali membuka file Ms.Word yang baru, lalu lahirlah 'adik' si cerpen dalam format tulisan 'menyerupai puisi' dengan judul Tuan dan Kematian.

(Tulisan menyerupai) Puisi 'Tuan dan Kematian' bukanlah puisi yang istimewa. Ada banyak sekali teman-teman saya yang walaupun  bukan latar belakang sebagai 'orang yang suka menulis', ternyata bisa menulis puisi yang indah walaupun sederhana. Yang istimewa bagi saya di sini adalah menceritakan pengalaman saya dimana untuk ke sekian kalinya, tulisan saya tiba-tiba mengendalikan dirinya sendiri gak peduli udah saya buatkan kerangka dan saya putuskan akan ending seperti apa. Semua sudah dalam kepala. dia seperti sudah dihidupkan terus mau jalan sendiri. Penulis akhirnya manut aja membongkar ulang, mengulang dari awal, atau membuka file baru. Ini menyebalkan, sekaligus menggemaskan.

Kadang-kadang yang dibilang anonim bener juga, saat menulis terkadang kata-kata yang lahir justru bukan dari ujung pikiran, tapi lahir begitu saja dari ujung jari. Tanpa kita minta.

Sekian, terimakasih :)))




No comments:

Post a Comment