Karena barangkali kita belum pernah
bertemu
Lantas bolehkah aku bertanya
Siapakah dirimu?
Kepada angin yang menjatuhkan daun
kau kutanyai
Kepada asap yang menyelimuti kotaku,
barangkali kau tersembunyi
Kepada hujan oktober kau selalu aku
rindui
Lantas siapakah dirimu?
Dalam rangkaian kata dan sela-sela
huruf kau kucari
Dan di dalam doaku pada Tuhan,
semoga kau dapat kutemui
Tidak harus sekarang
Boleh jadi nanti
Saat semuanya terang dan kesabaran
kita akan menang
Berharap jarak lah yang akan menjaga kita
Dan waktu lah yang menjawab seberapa
jauh kekuatan kita
Dan untukmu
Selamat musim hujan, rinduku
Tak ada alasanku untuk mencintai
hujan selain dirimu
Yang kehadirannya disambut megah
meriah
Oleh tumpahan rahmat dari langit
yang beku
Dan kilat cahaya yang memejamkan
mataku
Selamat musim hujan, rinduku
Sudah berapa musim hujankah umurmu?
Semoga Tuhan selalu melindungi tanah
tempatmu berpijak
Menjauhkanmu dari segala keburukan, menjauhkanmu dari rasa
cemas dan sedih
Membahagiakan setiap detik dan detak
hidupmu
Menguatkan kaki yang rapuh akan rasa
penat
Memantapkan setiap langkah-langkah
yang penuh tekad
Selamat musim hujan, rinduku
Semoga Tuhan menyabarkan hati kita
yang perih merindu
Karena ternyata kita (belum) pantas
untuk saling merindu
Salam,
Yang (semoga) tabah merindukanmu
anak musim panas
Payakumbuh,
Oktober 2015
dalam
merindu hujan dan sedang lari dari asap
No comments:
Post a Comment