Apakah manusia lain harus mengerti alasan seseorang dalam
mengambil keputusan? Saya tidak tahu persis. Hal-hal seperti ini kondisonal
sekali, kan? Kadang kita butuh mendengar pendapat dari orang lain, sekalipun
pendapat-pendapat tersebut tidak akan mengubah keputusan akhir kita. Saking
kukuhnya, atau saking bebalnya. Kadang ada juga orang yang (sebenarnya) tidak
ingin mendengar pendapat orang lain, namun saat terdengar bisa saja langsung
memengaruhi keputusan yang diambilnya. Saking toleran-nya, atau saking
linglungnya.
Saya tidak tahu apa yang terjadi. Yang jelas, sejak saya
kuliah saya sudah meminta dan membujuk diri saya untuk terima saja dengan
apapun yang terjadi. Berjanji akan mengikuti arus kemanapun Tuhan mengarahkan. Berjanji
tidak meminta hal-hal yang tidak realistis. Tidak bersikeras hati lagi. Tidak
akan macam-macam dengan cita-cita dan masa depan. Apa yang dikasih, udah,
terima. Pasti itu yang terbaik. Terbalik dengan masa muda saya yang penuh upaya
dan harapan akan cita-cita yang cerah. Saya
yang sekarang bukannya tidak bersemangat, malah sekarang jauh lebih besar
upayanya untuk semangat. Hanya saja sekarang sudah sedikit lebih nrimo. Sedikit aja sih. Ujiankah? Atau hukuman? Kalau sekarang, saya tidak tahu ujian atau hukuman (lagi) dari
Tuhan, saya merasa dikembalikan menjadi anak usia 14 tahun yang tidak
realistis. And full of drama. And seriously, it has really fed me up.
Namun saat ini saya punya alasan yang realistis untuk
pengambilan keputusan saya. Tidak peduli seberapa bebal atau seberapa linglungnya
saya, tapi jika saya meneruskan ini semua, saya akan menjadi zalim. Zalim pada
orang lain, zalim pada diri sendiri. Dan perbuatan yang sifatnya menzalimi itu
haram hukumnya. Untuk apa terus-terusan dipertahankan, diperjuangkan
eksistensinya, jika ternyata yang dipertahankan hanya kezaliman. Menyakiti diri
sendiri, dan bisa saja ujung-ujungnya menyakiti orang lain (yang bahkan
kita sayangi). Mungkin lebih baik begini. Membiarkan orang lain dengan cara bahagianya,
kemudian kita bisa memisahkan diri dan lantas bahagia dengan cara kita. Kita bisa
sama-sama bahagia, namun dengan keadaan yang berbeda. Dengan orang yang berbeda,
dengan waktu dan tempat yang berbeda. Kita bisa sama-sama bahagia, tapi memang tak
harus bersama-sama bahagianya.
Tahu
lagunya Sam Smith yang judulnya La La La? Salah satu baris liriknya adalah: Cause if my heart can’t stop it, I find a
way to block it, I go…
Yap,
that’s it.
Saya
tidaklah sedang bersedih-sedih. Saya hanya ingin lebih realistis. Saya hanya
ingin bahagia. Dan saya ingin orang-orang di sekitar saya juga berbahagia dengan
ataupun tanpa saya di dekat mereka.
Salam untuk kamu yang berbahagia
(dari) saya yang juga berbahagia
postingannya bagus :D
ReplyDeletemampir juga ya kak di blog aku ekienglandmuse.blogspot.co.id
salam kenal
followback ya blognya :)
makasiiii