Wednesday, April 16, 2014

Menolak / Berkata TIDAK: Bukan Hanya Dikatakan, Tapi Ditindaklanjuti



Saya tidak tahu bagaimana saya akan menuliskannya. Beberapa hal mencemaskan saya dan membuat saya tidak nyaman.


Saya tahu, beberapa waktu lagi saya akan disalah-salahkan untuk kesalahan yang awalnya bukanlah kesalahan saya. Oh bukan, dari waktu-waktu awal sudah seperti itu. Saya lebih mencemaskan blaming selanjutnya yang bisa jadi lebih parah dari sebelum-sebelumnya. Hanya saja sudah percuma, dari awal permasalahan saya membela diri juga percuma. Penjelasan pun seperti… hahaha seolah-olah akan didengar saja. Perkaranya seperti ‘hitam diatas putih’, yang dari awalnya sudah saya tolak karena tidak memungkinkan bagi saya untuk melaksanakannya. Tapi apa boleh buat. Manusia berencana, manusia lain lebih berkehendak ternyata -___- Halah tinggal diketik, di print dan jreng.. jreeengg… resmilah nama saya tertulis sebagai penyandang tanggung jawab… atau setidaknya ada sebuah nama ‘hitam diatas putih’ yang akan disalah-salahkan jika semuanya tidak berjalan lancar.

Sudah terlanjur. Waktu terus berjalan dan hati yang sakit tak ada yang  tahu, tak ada pula yang akan meminta maafkan. Jadi iklashkan saja. Semoga ini jadi pelajaran buat saya. Untuk lebih tegas berkata TIDAK (well dalam kasus ini saya sudah bilang dan menolak berkali-kali). Atau lebih tepatnya, lebih tegas menindaklanjuti kata TIDAK tersebut. Ada sikap dan prilaku yang menegaskan ketidakinginan saya terhadap hal-hal yang saya tolak. Bukan hanya terucap saja. Bukan dengan bersikap seolah saya baik-baik saja. Bukan dengan tidak mengambil sikap apapun. Bersikap 'baik-baik saja' kadang-kadang memang baik untuk kondisi-kondisi tertentu. Tapi kalau sudah salah ini, maka ada yang harus dilakukan agar tidak menjadi efek domino yang menyebabkan kesalahan berikutnya.

Ah sudahlah. Saya menulis pun juga sekedar untuk melepas kemarahan saya—terutama kepada diri saya sendiri—dan melapangkan hati saya supaya lebih lega dan tidak sesak. Bukan sengaja agar dibaca untuk membuat orang-orang terkait menjadi ‘merasa’. Ayolah ini blog pribadi. Bukan social media semacam facebook, twitter ataupun layanan chat lainnya dimana orang-orang berteman 'langsung' bisa melihat status di timeline. Bukan juga sengaja untuk menjelaskan apapun. Karena seperti yang sudah saya bilang, penjelasan apapun sudah tidak berguna lagi. Kalau kata Tere Liye dalam novel Negeri di Ujung Tanduk beliau: “Penjelasan akan datang pada waktu yang pas, tempat yang cocok dan dari orang yang tepat”. Nah, bagi saya kesempatan akan tiga hal tersebut sudah sia-sia saja.

Jadi ini saya tuliskan, gak muluk-muluk, cukup untuk melapangkan hati saja. Cukup untuk menyalurkan hal yang mengganjal saja. tidak lebih.

Well, saya selalu percaya bahwa menulis bisa menjadi terapi yang efektif untuk menstabilkan emosi seseorang :))

No comments:

Post a Comment