Saya tidak tahu
bagaimana saya akan menuliskannya. Beberapa hal mencemaskan saya dan membuat
saya tidak nyaman.
Saya tahu, beberapa
waktu lagi saya akan disalah-salahkan untuk kesalahan yang awalnya bukanlah kesalahan saya. Oh bukan, dari waktu-waktu
awal sudah seperti itu. Saya lebih mencemaskan blaming selanjutnya yang bisa jadi lebih parah dari
sebelum-sebelumnya. Hanya saja sudah percuma, dari awal permasalahan saya
membela diri juga percuma. Penjelasan pun seperti… hahaha seolah-olah akan
didengar saja. Perkaranya seperti ‘hitam diatas putih’, yang dari awalnya sudah
saya tolak karena tidak memungkinkan bagi saya untuk melaksanakannya. Tapi apa
boleh buat. Manusia berencana, manusia lain lebih berkehendak ternyata -___-
Halah tinggal diketik, di print dan jreng.. jreeengg… resmilah nama saya
tertulis sebagai penyandang tanggung jawab… atau setidaknya ada sebuah nama ‘hitam diatas putih’ yang
akan disalah-salahkan jika semuanya tidak berjalan lancar.
Sudah terlanjur. Waktu
terus berjalan dan hati yang sakit tak ada yang tahu, tak ada pula yang akan meminta maafkan.
Jadi iklashkan saja. Semoga ini jadi pelajaran buat saya. Untuk lebih tegas
berkata TIDAK (well dalam kasus ini saya sudah bilang dan menolak
berkali-kali). Atau lebih tepatnya, lebih tegas menindaklanjuti kata TIDAK tersebut.
Ada sikap dan prilaku yang menegaskan
ketidakinginan saya terhadap hal-hal yang saya tolak. Bukan hanya terucap
saja. Bukan dengan bersikap seolah saya baik-baik saja. Bukan dengan tidak
mengambil sikap apapun. Bersikap 'baik-baik saja' kadang-kadang memang baik
untuk kondisi-kondisi tertentu. Tapi kalau sudah salah ini, maka ada yang harus
dilakukan agar tidak menjadi efek domino yang menyebabkan kesalahan berikutnya.
Ah sudahlah. Saya
menulis pun juga sekedar untuk melepas kemarahan saya—terutama kepada diri saya
sendiri—dan melapangkan hati saya supaya lebih lega dan tidak sesak. Bukan
sengaja agar dibaca untuk membuat orang-orang terkait menjadi ‘merasa’. Ayolah
ini blog pribadi. Bukan social media semacam facebook, twitter ataupun layanan
chat lainnya dimana orang-orang berteman 'langsung' bisa melihat status di timeline. Bukan juga sengaja untuk menjelaskan apapun. Karena seperti yang
sudah saya bilang, penjelasan apapun sudah tidak berguna lagi. Kalau kata Tere
Liye dalam novel Negeri di Ujung Tanduk beliau: “Penjelasan akan datang pada waktu yang pas, tempat yang cocok dan dari
orang yang tepat”. Nah, bagi saya kesempatan akan tiga hal tersebut sudah sia-sia
saja.
Jadi ini saya tuliskan,
gak muluk-muluk, cukup untuk melapangkan hati saja. Cukup untuk menyalurkan hal
yang mengganjal saja. tidak lebih.
Well, saya selalu
percaya bahwa menulis bisa menjadi terapi yang efektif untuk menstabilkan emosi
seseorang :))
No comments:
Post a Comment