Oke
sebenarnya ini udah telat banget man. Gue mustinya udah nulis ‘laporan’ ini
langsung setelah gue pulang dari acara yang bertepatan dengan terjadinya Malam
Minggu—dimana gue sering gak ngeh kalau malamnya datang, berhubung gue jarang punya acara di malam tersebut .___. Tau-tau
udah malam minggu aja. Well gue nyantai aja sih malam minggu nggak kemana-mana ╮(^▽^)╭ *jomblo
bahagia. Gue bisa baca novel atau komik, telfonan sama temen di Padang, nonton
TV sama Mbah, masak yang aneh-aneh, atau belanja bareng anak kos. Tapi bagus
deh acara keakraban LPII sekalian pembubaran panitia ini diadakan waktu malam
minggu. Jadi ritual malam minggu gue yang tenang itu bisa berubah sekali-kali. Yeeeee \(´▽`)/
Saturday, December 28, 2013
Sunday, November 17, 2013
Bukan Diganti 10 Kali Lipat, Tapi Dijaga Baik-Baik
Rambut saya panjang sekali,
sekarang saja sudah lebih sepanggul. Saya sudah berambut panjang sejak kelas 5
SD, dipotong sekali-sekali, sedikit-sedikit. Untuk merapikan ujungnya yang
mulai tidak beraturan. Walaupun berjilbab memiliki rambut panjang tidak pernah
menjadi masalah bagi saya. Ini juga karena Ayah yang suka jika kami—Bunda dan
kami anak-anak gadisnya—untuk berambut panjang. Kalo kami mau potong rambut,
beliau rusuh sekali hatinya. Macam rambutnya saja yang akan dipotong. Ayah sih,
seneng sih seneng sama rambut panjang, tapi yang berambut panjang kan kami,
beliau kan gak ikut repot-repot ngurusinnya -___-
Tapi gapapa sih berambut panjang,
setidaknya untuk menunjukkan sisi feminin saya yang sedikit macho ini :D
Tapi artikel kali ini tentu saja
bukan membahas rambut saya sebagai bahan utama ceritanya. Itu sih pengantar
saja. Karena rambut panjang, sewajarnya saya punya banyak pernak-pernik rambut.
Mulai dari berbagai macam jepit rambut kecil-kecil, yang tipis biasa ataupun
macam bundelan, jepit rambut ‘buaya’,
Saturday, August 24, 2013
WAKE UP, PE! Tetaplah Menulis!
Udah hampir penghujung tahun 2013
dan gue belum nulis apapun di tahun ini.
Keterlaluan ya?
Oke gak ada lagi namanya memakumi
writers block. Gue rasa walaupun yang kejadian ke gue beberapa tahun belakangan
ini dapat dimaklumi, tapi gak nulis sampai tahunan itu udah keterlaluan banget.
Gue sendiri sering malu ke diri gue. Katanya dulu gue mau jadi novelis, mau
jadi penulis pro, mau terus melatih gaya bahasa, mau jadi dokter juga. Well,
kalo mau jadi dokter udah gak mungkin karena ada batas waktunya untuk
memulai menjadi dokter. Tapi kalo untuk jadi penulis gue gak punya batas waktu
untuk mengakhiri! Menulis adalah hal yang sudah jadi darah daging gue sebelum
nasi sempet jadi darah daging gue.
Subscribe to:
Posts (Atom)