Thursday, January 21, 2016

13.000 Pageviews of Journal Pea!!


Oomaygat. Gue gak nyangka, putri kecil kesayangan gue bisa bertahan ‘sejauh’ ini. Yah gak jauh-jauh amat sih. Cuma 13000 pageviews kok hehe. Blogger lain malah ada baru berapa bulan aja udah ratusan ribu pageviewsnya. Ini baru 13.000, dimana 10.000 diantaranya mungkin gue sendiri yang kunjungin. Biar sarang laba-labanya gak makin banyak karena jarang dikunjungi orang ahahaha. Apapun itu, gue pun tetap bahagia dengan ‘jauhnya’ pencapaian dari Journal Pea alias si Jo kesayangan gue ini. Umurnya udah hampir empat tahun. Sekarang lagi lucu-lucunya, udah pinter jalan (sama seseorang), udah pinter ngomong (soal hati), udah pinter membaca (perasaan) hahaha. Kalau Journal Pea beneran anak orang, udah waktunya didaftarin ke sekolah kali ya hahaha.

Kalau dilihat ke belakang, Journal Pea keliatannya gak punya topik khusus. Sebenarnya penulisnya (alias gue) pernah memikirkan menjadikan Journal Pea ini sebagai blog yang membahas tema dan topik tertentu. Tapi ini benar-benar bergantung pada interest mood-nya gue yang tingkat ketertarikannya terhadap sesuatu itu bisa berubah-ubah sesuai kondisi hati dan kondisi yang terjadi di sekitar gue. Pertama sekali, gue pernah pengen jadiin Journal Pea sebagai blog ceria gembira ria yang membahas interest-nya anak muda. Berhubung gue gak gaul-gaul amat, maka tema ini mundur dengan sendirinya.

Trus pernah juga pengen jadiin si Jo sebagai travelling blog. Postingannya juga udah ada beberapa. Tapi berhubung gue akhirnya gak travelling kemana-mana, cuma di sekitar kos-kampus-sekre aja, ini pun jadi sulit dijalani. Kayak hubungan kita. Eaaak. Oke kembali fokus. Tapi tetap ‘lumayan’ banyak tempat yang gue kunjungi, baik itu di dalam maupun luar kota. Cuma banyakan jadi draft aja. No picture sih. No camera soalnya. My dearest lil’ cam Sony, udah abis rusak dibuat selfie sama adek gue. Tega banget kan. Terhambat dah cita-cita gue untuk moto-motoin tempat yang gue kunjungi.

Selain itu gue juga pernah kepikiran buat review tempat makan yang enak, karena gue suka makan *tapi suka bersisa, hiks. Sempat gue bikin postingan beberapa kali juga. Tapi berhubung gue anak kos yang sarapan dan makan siangnya aja dirapel di jam yang sama, rasanya rada gak tau diri kalau gue memaksakan tema ini terus terusan hahaha.

Namun makin kesini gue melihat Journal Pea makin banyak bikin review-nya. Entah itu review tempat di suatu daerah, review makanan, review acara, review buku. So gue pikir Journal Pea sudah bertransformasi menjadi blog aneka review yang gue harap banyak berguna bagi yang membacanya.

Hanya saja, kalau pembaca memperhatikan lebih jeli lagi, satu tahun belakangan Journal Pea kelihatan ‘lebih serius’. Baik itu dari segi bahasanya mapun tema postingannya. Yang biasanya gaya bahasanya semprul amburadul eh perlahan jadi (sok) serius. Lagi-lagi sesuai dengan kondisi hati dan kondsi yang terjadi pada penulis itu tadi (yaitu gue. haha). Maklum, penulisnya lagi umur awal 20-an, lagi banyak dinamikanya, lagi banyak protesnya, lagi banyak aksi pembuktiannya, lagi banyak kecemasannya, lagi banyak harapannya.

Sooo, ini juga berpengaruh pada gaya tema dan topik di Journal Pea juga. Sampai gue kepikiran, apa gue mau bikin ini blog jadi gaya self-thought dengan berbagai macam point of view? Seperti Dee (Dewi Lestari), Kurniawan Gunadi, Falafu, Prawita Mutia. Tapi setelah gue pikir-pikir, ini juga bukan sepenuhnya representatif dari diri gue. Gue kadang juga lagi pengen seru-seruan, alay-alayan, urban-urbanan. Satu sisi gue pengen sendirian, get lost dengan tulisan gue sendiri. Kadang gue pengen nulis dengan gaya bahasa yang bikin cemas pengamat bahasa, kadang gue berusaha menulis dengan EYD yang baik dan benar. Seriously random deh ini blog.

Akhirnya gue membiarkan Journal Pea berjalan semaunya, atau lebih tepatnya berjalan seperti apa adanya. Kalau Jo pengen bahas tempat makan, sok atuh kita jabanin. Kalau Jo lagi mau galau, hayok kita hajar (orang yang bikin galau). Kalau Jo lagi kepikiran sesuatu karena melihat sesuatu, ayo kita bagi sama-sama ke orang lain. Jadi blog seperti apapun Journal Pea, dia juga salah satu yang merekam jejak seorang blogger yang mencoba memberi guna dan manfaat dengan apa yang dia bisa, dengan apa yang dia coba, dengan apa yang dia rasa. Atau dengan cara seperti apa dia jatuh dan bangkit dari sesuatu.

Akhirnya gue menyerahkan kembali tema dan topic blog ini kepada namanya: Journal Pea. Journal Pea tentu saja membahas perjalanan Pea. Baik itu perjalanan kakinya, maupun perjalanan ‘dalam dirinya’ yang bahkan bisa saja sudah lebih jauh melalang-buananya. Apapun perjalanannya, itulah yang akan menjadi garis utama tema dan topik dalam blog ini.

Akhir kata…

Terimakasih Journal Pea yang sudah menemani dinamika hidup di Pekanbaru yang tajam seperti silet ini. Terimakasih buat kamu-kamu yang udah pernah masuk dalam Journal Pea, sudah menjadi cerita dan menjadi makna. Dan terimakasih buat kamu-kamu yang sudah mau membaca bahkan sampai di detik ini. Bahkan beberapa diantaranya cukup perhatian dengan perubahan Journal Pea, pernah ditagih juga tulisannya, ditunjukin buku bagus, dikasih lagu yang ajaib. Kalau lah bukan karena Journal Pea, mungkin gak akan ‘ketemu’ pembaca yang kayak gini. Soo, terimakasih banyak, kalian pun turut andil dalam kebahagiaan ini.

Aduh suasananya kok jadi ingus-ingusan gini sih T.T.

Sekali lagi makasih untuk 13.000 pageviews yang tak seberapa ini. Pageviews boleh saja tidak seberapa, itu hanya perkara hitungan numerik saja. Tapi berjalan bersama Journal Pea, pengalaman karena sudah memiliki Journal Pea, yang justru tidak bisa ditanya ‘seberapa’ jauhnya atau seberapa mahalnya. It’s not about quantity, rite? You can’t ask Journal Pea how far she has gone, if you mean the number. Not because she is worthless, but because she is priceless. *aaaaaak love youuuu :*

Congratulation dearest Jo!!  Keep go ahead!

Journal Pea: Get your deepest journey with writing!

No comments:

Post a Comment